Jumat, 11 Mei 2012

pneumonia

A.DEFINISI PNEUMONIA Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995) Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001) Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001). B. ETIOLOGI Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, dengan mencetuskan suatu reaksi peradangan. Etiologi: Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis carini Aspirasi : Makanan, cairan, lambung Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas Pneumonia virus bisa disebabkan oleh: Virus sinsisial pernafasan Hantavirus Virus influenza Virus parainfluenza Adenovirus Rhinovirus Virus herpes simpleks Sitomegalovirus. Virus Influensa Virus Synsitical respiratorik Adenovirus Rubeola Varisella Micoplasma (pada anak yang relatif besar) Pneumococcus Streptococcus Staphilococcus Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan - adenovirus - virus parainfluenza dan - virus influenza. Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun. Pencegahan dan faktor resiko: Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang umum nya menjadi predisposisi individu terhadap pneumonia akan membantu untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap pnemonia. Memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan keperawatan yang penting. • Setiap kondisis yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan menganggu drainase normal paru ( misal: kanker, penyakit obstruksi paru menahun [PPOM] meningkatkan kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan preventif tingkatkan batuk dan pengeluaran sekresi. • Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofil rendah (neutropeni) adalah mereka yang beresiko. Tindakan preventif : lakukan tindakan kewaspadaan khusus terhadap infeksi. • individu yang merokok beresiko karena asap rokok menganggu aktifitas mukosiliari dan makrofag.tindakan preventif: anjurkan individu untuk berhenti merokok. • Setiap pasien yang diperbolekan untuk berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama, yang secara relatif imobil dan bernapas dangkal, beresiko terhadap bronkopneumonia. Tindakan preventif: sering mengubah posisi. • Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk ( karena medikasi keadaan yang melemahkan, atau otot-otot pernapasan lemah), telah mengaspirasi benda asing kedalam paru-paru selama periode tak sadar (cedera kepala, anestesia) atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif: penghisapan trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijaksana dalam memberikan obat-obat yang menigkatkan resiko aspirasi, dan terapi fisik dada. • Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuaskan) atau mereka yang mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan beresiko. Pada individu yang sangat parah, hampir pasti terdapat kolonisasi bakteri gram negative pada orofaring nya. Tindakan preventif: tingkatkan higiene oral yang teratur. • Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karena alkohol menekan refleks-refleks tubuh, moblisasi sel darah putih, dan gerakan siliaris trakeabronkia. Tindakan preventif: berikan dorongan pada individu untuk mengurangi masukan alkohol. Pneumonia telah diketahui menjadi lebih prevalen dengan gangguan dasar tertentu seperti gagal jantung kongestif, diabetes, alkoholisme, PPOM, dan AIDS. Penyakit tertentu juga memiliki kaitan dengan patogen spesifik. Sebagai contoh pneumonia stafilokokus pernah ditemukan setelah di temukan epidemi influenza, dan pasien-pasien dengan PPOM beresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus atau hemopholus influenzae. Tindakan preventif: untuk mengurangi atau mencegah komplikasi serius dari pneumonia pada kelompok beresiko tinggi, vaksinasi terhadap infeksi virus influenzadan pneumokokus telah dianjurkan untuk individuyang berusia lebih dari 50 tahun, penghuni rumah panti, pasien yang lemah, mereka yang mengidap penyakit kardiovaskuler, pasien yang telah menjalani spelenektomi dan mereka dengan penyakit sel sabit dan pecandu alkohol. Vaksin memberikan perlindungan terhadap pneumonia yang disebabkan oleh organisme mayor. Vaksin tidak boleh diberikan pada ibu hamil selama trimester pertama. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia: a.Umur dibawah 2 bulan b.Tingkat sosio ekonomi rendah c.Gizi kurang d.Berat badan lahir rendah e.Tingkat pendidikan ibu rendah f.Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah g.Kepadatan tempat tinggal h.Imunisasi yang tidak memadai i.Menderita penyakit kronis KLASIFIKASI Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia. Berdasarkan klinis dan epidemiologis: o Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia). o Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia). o Pneumonia aspirasi. o Pneumonia pada penderita immunocompromised. Berdasarkan bakteri penyebab: o Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia. o Pneumonia Akibat virus. Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua. o Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised). Berdasarkan predileksi infeksi: o Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. o Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. C. PATOFISIOLOGI Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut. Terpajan Bakteri Teraspirasi ke dalam Bronkus Distal dan Alveoli Konsolidasi Paru Darah di Sekitar Alveoli Tidak Berfungsi Peradangan / Inflamasi di Paru Hipoksia Ketidakadekutan Pembentukan Edema Pertahanan Utama Dx : Kerusakan Pertukaran Gas Dx : Ketidakefektifan Dx : Infeksi, Resiko Tinggi Bersihan Jln Nfs 1. MANIFESTASI KLINIS Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala. Tanda dan Gejala berupa: Batuk nonproduktif Ingus (nasal discharge) Suara napas lemah Retraksi intercosta Penggunaan otot bantu nafas Demam Ronchii Cyanosis Leukositosis Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar Batuk Sakit kepala Kekakuan dan nyeri otot Sesak nafas Menggigil Berkeringat Lelah. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah - kekakuan sendi. Secara umum dapat dibagi menjadi : Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi. Tanda infeksi ekstra pulmunal. E. KOMPLIKASI a.Abses paru b.Edusi pleural c.Empisema d.Gagal nafas e.Perikarditis f.Meningitis g.Atelektasis h.Hipotensi i.Delirium j.Asidosis metabolik k.Dehidrasi l.Penyakit multi lobular F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK § Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih. 1.GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. JDL à leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun. a.LED à meningkat b.Fungsi paru à hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun. c.Elektrolit à Na dan Cl mungkin rendah d.Bilirubin à meningkat e.Aspirasi / biopsi jaringan paru f.alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung dari penyebab pneumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik. Pemeriksaan penunjang: a.Rontgen dada b.Pembiakan dahak c.Hitung jenis darah d.Gas darah arteri. G. PENATALAKSANAAN MEDIS PENGOBATAN Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup : Oksigen 1-2 L/menit. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan : Untuk kasus pneumonia community base : a.Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian. b.Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian Untuk kasus pneumonia hospital base : a.Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. b.Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Identitas : - Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar Tempat tinggal : Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar Riwayat Masuk Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure). Riwayat Penyakit Dahulu Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita Pengkajian Sistem Integumen o Subyektif : - o Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan Sistem Pulmonal a.Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng b.Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, Sistem Cardiovaskuler o Subyektif : sakit kepala o Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun Sistem Neurosensori a.Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang b.Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi Sistem Musculoskeletal o Subyektif : lemah, cepat lelah o Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan Sistem genitourinaria a.Subyektif : - b.Obyektif : produksi urine menurun/normal, Sistem digestif o Subyektif : mual, kadang muntah o Obyektif : konsistensi feses normal/diare Studi Laboratorik a.Hb : menurun/normal b.Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal c.Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a.Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen. b.Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan utama. c.Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema. C. INTERVENSI a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen. Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan jalannya gas (Oksigen dan Karbondioksida) yang aktual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. KH: a.Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan. b.Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi. Intervensi: 1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas. R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. 2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif. R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi. 3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang. R : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. 4) Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah. R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera. Ø Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan utama. KH: • Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi. • Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Intervensi: 1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi. R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi. 2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. 3) Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik. R : Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi. 4) Batasi pengunjung sesuai indikasi. R : Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain. Ø Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema. Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. KH: • Tidak mengalami aspirasi • Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru. Intervensi : 1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru. 2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis., krekels, megi. R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi. 3) Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat. 4) Penghisapan sesuai indikasi. R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. DAFTAR PUSTAKA C, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 2. 1996. Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius : Jakarta. E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan. 1999.EGC : Jakarta. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar