Jumat, 11 Mei 2012

askep trakeostomi

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Teori Trakheostomi 2.1.1 Pengertian Trakheotomi adalah suatu prosedur pengirisan trakea. (irman sumantri, 2008) Tracheotomy berarti untuk membagi(memotong), trakea (betangtenggorok). Lubang dibuat disebut trakeastomi. Trakeostomi diturunkan dari bahasa yunani dengan mengambil kata trachea arteria (menembus arteri) dan tome (memeotong). Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakhea untuk benafas dengan membuka dinding depan/ anterior trakeauntuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru danmemintas jalan nafas bagian atas (Adams,1997). Trakeastomi adalah operasi pembuatan suatu lubang di trakea (irmansumantri, 2008) 2.1.2 Etiologi Masalah pada jalan napas adalah sumbatan. Sumbatan dapat terjadibaik total maupun parsial. Sumbatan total terjadi karena benda asing yangmenutup jalan napas secara tiba-tiba. Sedangkan sumbatan parsial dibedakanmenjadi tiga bagian yaitu: a.Sumbatan Karena Cairan Setiap pasien trauma beresiko mengalami sumbatan jalan nafaskarena cairan yang disebabkan oleh darah, secret dan lain-lain. Sumbatankarena cairan dapat mengakibatkan aspirasi yaitu masuknya cairan asingkedalam paru-paru penderita. Upaya penanganan sumbatan jalan nafaskarena cairan adalah dengan melakukan penghisapan atau suctioningsesegera mungkin. b. Sumbatan Karena Pangkal Lidah Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, makamungkin pangkal lidah akan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring.Hal ini karena ototo-otot penyanggah lidah lemas atau mengalamikelumpuhan. Cara mengatasi sumbatan jalan nafas karena sumbatanpangkal lidah pada prinsinya adalah mengangkat pangkal lidah agar tidak menyumbat jalan nafas. c. Sumbatan Anatomis Sumbatan anatomis disebabkan oleh penyakit saluran nafas ataukarena adanya trauma yang mengakibatkan pembekakan/ udema padajalan nafas (ex. Trauma inhalasi pada kebakaran). Penanganan sumbatankarena antomis seringkali membutuhkan penanganan secara surgicaldengan membuat jalan nafas alternatif tanpa melalui mulut atau hidung penderita. 2.1.3 Indikasi Indikasi dari trakeostomi antara lain: 1. 2.1.5 Fungsi Trakheostomi Fungsi dari trakheostomi antaralain: 1. Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10sampai 50% tergantung pada ruang hampa fisiologik tiap individu. 2. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udarasehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasialveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7) 3. Proteksi terhadap aspirasi 4. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan 5. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan 6. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus. 7. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret keperifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada faseinspirasi batuk yang normal 2.1.6. Jenis Tindakan Trakheostomi a. Surgical trakeostomy Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. b. Percutaneous Tracheostomy Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawatdarurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dandua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, makapenyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. c. Mini Tracheostomi Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator. 2.1.7 Penatalaksanaan 1.Alat Yang Diperlukan: 1.Pisau 2. Pinset anatomi 3. Gunting panjang tumpul 4. Sepasang pengait tumpul 5. Klem arteri 6. Gunting kecil yang tajam 7. Kanul trakea dengan ukuran sesuai 8. Spuit untuk anastesi obat anestesi 9. Kain kassa 10. Tali pengikat kanul trachea 11. Antiseptic serta kain steril 2. Tehnik Trakheostomi a. Pasien ditidurkan terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan. b. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. c. Disuntikkan obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. d. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter. e. Jaringan subkutis dibuka dengan gunting panjang yang dibuka (denganbagian belakang gunting) lapis demi lapis sehingga fasia pretrakea juga terpotong. Pada tiap lapis, perawat mengikuti dengan menahan jaringan retractor. f. Setelah pretrakea terpotong akan tampak trakea. Tanda trakea ialah adanya cincin tulang rawan yang berwarna keputihan. g. Untuk membuktikan fasia trakea ialah dengan spuit yang berisi sedikit cairan. Bila ditusuk trakea akan timbul gelembung. h. Dengan pisau tajam, tulang rawan trakea ke tiga diinsisi, kemudian tulang rawan dipegang dengan klem arteri dan dibuat lubang bulat dengan bantuan gunting pendek yang tajam. Lubang dibuat sesuai dengan kanul yang digunakan. i. Pendarahan dirawat j. Dimasukkan kanul trakea kedalam lubang yang dibuat, kemudian diikat disekitar leher k. Dibawah kanul diletakkan kain kassa untuk menampung secret yangdibatukkan dari secret. 2.1.9 Komplikasi •Komplikasi dini yang sering terjadi: 1. Perdarahan Perdarahan mungkin terjadi sewaktu operasi, tetapi lebih sering terjadi bebrapa hari sesudah tindakan trakheostomi . oleh karena itu ketika melalkukan trakheostomi sebaiknya perdarahan di cari dan pembuluh darah diikat terutama di sekitar kelenjar tiroid. 2. Pneumothoraks Komplikasi ini banyak terjadi pada anak-anak , sebab pada peura anak-anak terlalu tinggi di leher sehingga mudah terjadi kerusakan. Penderita yang telah di trakheostomi sebiknya di buat foto rontgen thorak dan bila sampai adanya pneumothoraks segera pasang water sealed drainage (WSD). 3. Bronkopneumonia Bronkopneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi terutama pada anak-anak. Hal ini di sebabkan penghisapan lendir penderita melalui stoma trakhea kurang memenuhi syaraf sepsis. 4. Stenosis trakhea Stenosis trakhea mungkin disebabkan karena terbentuknya jaringan granulasi atau koloid di sekitar stoma. Stenosis trakhea oleh jaringan granulasi sering terjadi bila trakheostomi di lakukan pada cicin trakhea II. Kolooid akakn terbentuk di sekitar stoma. Apabila luka insisi mengalami peradangan, sehinga luka tidak sembuh per-primum. 5. Kematian mendadak Apnea, hipertensi, dan aritmia jantung merupkan komplikasi yang menyebabkan kematian pada saat dilakukan trakheostomi. Pada penderita dengan penyumbatan saluran pernapasan kronis, konsentrasi karbondioksida yang tinggi dalam darah mengurangi kepekaan pusat pernapasan terhadap rangsang karbondioksida. Pernapasan tergantung keberadaan oksigen. Keadaan kurangnya oksigen dihilangkan dengan trakheostomi, sehingga rangsang napas berkurang. Apabila pada obstruksi yang kronis itu, tiba-tiba diberikan oksigen dengan dosis yang terlalu tinggi, maka penderita akan menjadi apnea 6. Emfisema Dapat terjadi di subkutis atau mediastinum. Emfisema subkutis terjadi karena luka insisi di kulit dijahit terlalu rapat pada kanula, sedangkan stoma terlalu lebar. Emfisema dapat juga terjadi kalau kanula trakhea yang dipakai terlalu kecil dibandingkan dengan stoma trakhea yang dibuat •Komplikasi lanjut : 1. Infeksi 2. fistula trakeoesofagus Bila trakea dipotong tepat pada waktu penderita batuk, maka mungkin sekali dinding anterior esofagus teriris. Oleh karena itu, sebaiknya insisi trakea dilakukan pada waktu penderita melakukan inspirasi agar dinding anterior dan posterior trakea (yang merupakan dinding anterior esofagus) tidak berdekatan maka cincin trakhea III dikaitkan dengan penakulum. 4. Stenosis trakea 2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Trakheostomi 2.2.1. Pengkajian 1. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,tanggal dan jam masuk RS, nomor registrasi dan diagnosis medis. 2. Keluhan Umum Sering menjadi alasan klien untuk minta pertolongan dengan keluhan tidak bisa bernapas. 3. Riwayat kesehatan sekarangSebagian besar penderita yang bermasalah pada gangguan jalan napas seringmenimbulkan gejala. Gejala yang dimaksud seperti sesak napas, tidak bisabernapas dan napas tersumbat. 4. Riwayat kesehatan dahulu apakah ada riwayat gangguan jalan napas/sumbatan sebelumnya, kondisi yang mempengaruhi pernapasan paru-paru dapat memicu terjadinya gangguan jalan napas seperti sumbatan pada jalan napas. 5. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada riwayat kesehatan anggota keluarga yang menderita gagal napas. 6. Data Dasar Pengkajian Pasien: a. Aktivitas/istirahat • Gejala : Dispnea dengan istirahat ataupun aktivitas b. Sirkulasi • Tanda: Takikardia, frekuensi tak teratur, nadi apical berpindah oleha danya penyimpangan medaistinal. • Gejala: TD hiper/hipotensi c. Makanan/cairan • Gejala: anorexia (mungkin karena bau sputum • Tanda : pemasangan IV line. d. Nyeri/kenyamanan • Gejala : nyeri area luka trakeostomi, nyeri dada unilateralmeningkat karena batuk atau bernafas • Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,mengkerutkan wajah e. Pernafasan • Gejala : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada),riwayat trauma dada. • Tanda : peningkatan frekuensi nafas, kulit cyanosis, penggunaanventilasi mekanik (trakeostomi), secret pada selangtrakeostomi f. Hygiene • Tanda : kemerahan area luka trakeostomi g. Interaksi social • Tanda : ketidakmampuan mempertahankan suara karena distresspernafasan, keterbatasan mobilitas fisik. h. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan fungsi paru: menentukan kemampuan paru untuk pertukaran gas karbondioksida. 2. GDA: mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbanganasam basa. 3. Kapasitas vital kuat (FVC): menurun pada kondisi restriktif(diukur dengan spirometri). 4. Sinar X dada: mengawasi perbaikan/kemajuan kondisi ataukomplikasi 2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul A. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembentukan edema, sekret yang kental. B. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan agen secara fisik. C. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pemasangan trakheastomi. D. Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganperubahan pembedahan / struktur, trakheastomi E. Kerusakan Integritas kulit / jaringan berhubungan dengan bedahpengangkatan (trakheastomi) F. Perubahan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara perubahananatomi wajah G. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya infomasi 2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan (Nursing Care Planning/ NCP) a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembentukan edema, sekret yang kental. Tujuan:Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan nafas klienkembali efektif. Kriteria hasil: •Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafasbersih •Mengeluarkan / membersihkan secret dan bebas aspirasi •Menunjukan prilaku untuk memperbaiki / mempertahankanjalan nafas bersih dalam tingkat kemampuan Intervensi rasional -Kaji intruksi praoprasi mengapakomunikasi dan pernapasanterganggu, gunakan model untuk membantu penjelasan -Tentukan apakah pasien apakahpasien mempunyai komunikasi lain. -Berikan cara cepat dan countinou untuk memanggil perawat danbiarkan pasien mengetahui,panggilan akan dijawab dengancepat. -Atur sebelumnya tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan cepat. -Menguatkan pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu. -Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihankomunikasi -Pasien memerlukan keyakinan bahwaperawat waspada dan akan beresponterhadappanggilan. -Dapat menurunkan ansietas pasiententang ketidaknyamanan untuk bicara. b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan agan secara fisik Tujuan:Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien dapat berkomunikasikembali Kriteria hasil: •Menyatakan kebutuhan dengan cara yang efektif •Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicarayang tepat setelah sembuh Intervensi rasionalisasi Mandiri: -Selidiki keluhan nyeri,perhatikan lokasi, intensitas(skala 0 – 10) dan faktor pemberat/penghilang. -Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai. -Pantau tanda-tanda vital. -Berikan tindakan kenyamana pada saatpembebatan insisi selamaproses bedah. -Nyeri insisi bermakna padapasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi abdomen, mual. -Intervensi diri pada kontrolnyeri memudahkan pemulihanotot/jaringan dengan menurunkantegangan otot dan memperbaikisirkulasi. -Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut. -Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping BAB III TINJAUN KASUS 3.1 Pengkajian 1. Identitas klien: Nama : Tn. AUmur : 30 Th Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Hibrida 10 Tanggal masuk RS : 29 Mei 2010 Tanggal pengkajian : 30 Mei 2010 2. Riwayat kesehatan/ keperawatan: 1. Keluhan Utama/ alasan masuk RS : Tn A (30 th) masuk RS M.Yunus BKL via IGD pada tanggal 29 mei 2010jam 11.20 WIB dengan keluhan sesak nafas, batuk, stridor ekspansi dan kesulitan menelan. 2. Riwayat Kesehatan Sekarang- Faktor pencetus : - Klien mengatakan sesak nafas didahului oleh stridor ekspansi seminggu sebelum masuk RS -Sifat keluhan: Klien mengatakan sesak nafas timbul perlahan, sesak nafas terus menerus danbertambah saat beraktivitas. - Berat ringannya keluhan: Klien mengatakan sesak nafas cenderung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS - Lamanya keluhan: Klien mengatakan 2 hari sebelum masuk RS saat merasakan keluhan - Upaya yang telah di lakukan : Klienmengatakan untuk mengatasi keluhan, klien istirahat - Keluhan saat pengkajian: Klienjuga mengatakan kesulitan bernafak , kesulitan menelan sulit untuk berkomunikasi. 3. Riwayat kesehatan dahulu (RKD) -Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll -Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita sesak nafas seperti ini. 4. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) - Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan 5. Pola fungsi kesehatan : 1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan •Persepsi terhadap penyakit :pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya. •Alergi (makanan, debu, dll) : pasien tidak ada alergi. 2. Pola nutrisi dan metabolisme •Klien mengatakan ia merasakan mual sehingga tidak nafsu makan, dia hanyamampu menghabiskan ¼ porsi setiap kali makan (pagi, sing, malam). 3.Pola eliminasi •Buang air besar (BAB) - freuensi : 1x sehari waktu : pagi - warna : kuning -konsistensi : lembek -kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : tidak ada •Buang air kecil (BAK) - frekuensi : 2-5x sehari - kesulitan (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal) :tidak ada. 4.Pola aktifitas dan latihan •Alat Bantu : pispot •Kemampuan ROM : tidak ada keterbatasan rentang gerak 5. Pola istirahat dan tidur •Lama tidur : 7 jam/ malam •Waktu : 21.00 wib •Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruka) :insomnia 6. Pola kognitif dan persepsi •Status mental (sadar/ tidak sadar, orientasi baik/ tidak) :sadar •Bicara : normal ( ), tidak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekpresif (√) •Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak (√) •Kemampuan memahami : ya (√), tidak ( ) •Pendengaran : DBN (√), tuli ( ), kanan/ kiri ( ), tinnitus ( ),alat Bantu dengar ( ) •Penglihatan : DBN •Fertigo : tidak ada •Penatalaksanaan nyeri : pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri 7.Persepsi diri dan konsep diri •Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : pasienmerasa penyakitnya sulit untuk disembuhkan 6. Pemeriksaan fisik : •Keadaan umum : Klien tampak kesulitan bernafas, menelan klientampak lemah. •TTV : TD : 120/80 mmHg ND : 110x/i RR : 32x/i S : 37,5 ◦c •Sistem integument (kulit) : elastis •Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis •Hidung : pernapasan cuping hidung •Mulut : mukosa bibir kering dan pucat •Thorak/ paru -Inspeksi : Penggunaan otot Bantupernapasan (+) -Palpasi : Fremitus menurunpada kedua paru -Perkusi : Tidak ada resonanpada kedua lapang paru -Auskultasi : Bunyi napas stridor (+) •Vaskular perifer Capillary refille : pengisian kapiler lambatClubbing : Clubbing ada 7. Pemeriksaan penunjang •Pemeriksaan fungsi paru : menentukan kemampuan paru untuk pertukaran gas karbon dioksida GDA : mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbangan asam basah •Kapasitas vital kuat (FVC) : menurun pada kondisi restriktif (diukur dengan spirometri) •Sinar x dada : mengawasi perbaikan / kemajuan kondisi ataukomplikasi 1. Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atautidaknya komplikasi. 2. Antibiotic untuk menurunkan resiko timbulnya infeksi. 3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipatrakeastomi. 3.2 Analisa Data Nama klien : Tuan A Ruang rawat : Ruang IGD RSUD M. Yunus bengkulu Diagnosa medis : Trakheostomi NO DATA ETIOLOGI MASALAH 1 DS: -klien mengatakan sesak napas dan batuk -klien mengatakan nyeripada daerah tenggorokan -klien mengatakan susah mengeluarkan secret -Klien mengatakan badannya terasa lema. DO: -klien tampak lemah, klientampak kesulitan -bernapas danklien tampak gelisah TTV: TD :130/90 mmHg ND : 120x/i S : 37,5 -Sianosis -Dispnea -Ronchi -Pernapasan cupinghidung -pernapasan dangkal -adanya pembesaran jaringan , edema laring. -Penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan karbon dioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan Ph) Pembentukan edema (manipulasi dari operasi dan akumulasi system limpatik) Bersihan jalan napas tidak efektif 2 DS: -Klien mengatakan badannya terasa lemah -Klien mengatakan lidahnya pahit -Klien mengatakan ingin minum terus -Klien mengatakan kesulitan menelan -Klien mengatakan hanya mampu menghabiskan ¼ porsi makannya DO: Mukosa bibir kering Berat badan pasien turun 3 kg dari 60 kgmenjadi 57 kg Pasien tampak lemah Pembengkakan padalaring Insisi bekas pembedahan, pembengkakan jaringan Nyeri akut 3 DS: klien mengatakan rasa nyeri pada tenggorok klien mengatakan adanya kesulitan menelan klien mengatakan kesulitan berbicara DO: adanya edema pada laring adanya pembesaran jaringan pada daerah laring adanya kesulitan berbicara yang sulit dipahami Agen secara spesifik (tracheostomy tube) Kerusakan komunikasi verbal Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 1.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sementara atau permanen pernafasan leher (pemasangan trakheastomi) 2.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik 3.Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pemasangan trakheastomi Catatan perkembangan NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI 1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pemasangan kanul trakeostomi Jam: 09.00 Mandiri Menghisap selang trakeastomi, dan mencatat jumlah dan warna sekret -mengajarkan pasien prosedur penghisapan sendiri sesegera mungkin -memastikan posisi/ ikatan sesuai indikasi -mengganti selang/ kanul sesuai indikasi Kolaborasi -memberikan humidifikasi tambahan, ex:tekanan o2 penahan leher berupa humidifier ruang, peningkatan masukan cairan. Jam 14.00 S: -klien mengatakan tidak ada dahak lagi di tenggorokan -klien mengatakan nafas tidak sesak lagi O: -klien tampak tidak mengeluarkans putum lagi -klien tampak rileks/ tidak sesak lagi A: -Masalah teratasi P: -Intervensi dihentikan 2 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik Jam 09.00 -mengajak pasien berdiskusi dan menjelaskan pra operasi, mengapa bicara dan nafas terganggu memeriksa apakah klien mempunyai masalah komunikasi yang lain -memberikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien memberikan cara komunikasi non verbal Kolaborasi: -mengkonsultasikan dengan anggota tim kesehatan yang tepat Jam 14.00 S: -klien mengatakan tidak kesulitan lagi berkomunikasi O: -klien tampak sudah dapat berkomunikasi A : -masalah teratasi P: -intervensi dihentikan 3 Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah Jam 09.00 -menyokong kepala dan leher pasien dengan bantal dan menunjukan pasien bagaimana menyokong leher selama aktifitas -memberikan tindakan nyaman (contoh: pijatan punggung perubahan posisi) -dan aktivitas hiburan (contoh melihat televisi, duduk, membaca) -mendorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau mulut dengan hati-hati bila tak mampu menelan. -menyelidiki perubahan karakteristik nyeri. Periksa mulut, jahitan tenggorokan untuk trauma bau. Kolaborasi: -memberikan irigasioral,anestesi sperei dan kumur-kumur. – Anjurkan pasien melakukan irigasi sendiri. Jam : 14.00 S: -klien mengata masih kesulitan menelan -klien mengatakan kesulitan berbicara O: -klien tampak kesulitan menelan -klien tampak kesulitan berbicara A: -masalah belum teratasi P: -intervensi dilanjutkankan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Tracheotomy berarti untuk membagi(memotong), trakea (betangtenggorok). Lubang dibuat disebut trakeastomi. Trakeostomi diturunkan dari bahasa yunani dengan mengambil kata trachea arteria (menembus arteri) dan tome(memeotong). Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dindingdepan/ anterior trakhea untuk benafas dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapatmasuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas(Adams,1997). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul : 1.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan denganpe masangan kanul trakeostomi. 2.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik 3.Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah Saran Adapun saran yang penulis sampaikan adalah pelajari denganbaik tahap-tahap dalam tindakan trakeastomi demi meningkatkanketerampilan keperwatan anda. DAFTAR PUSTAKA http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2010/04/trakeostomi.htmlhttp://tikagemini.blogspot.com/2009/06/trakeostomihttp://klikharry.wordpress.com/2007/07/11/trakeostomi-tracheostomy/IKBI, System Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Secara Terpadu Edisi 2, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar