Jumat, 11 Mei 2012

penyakit jantung konginetal

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal vtindakan operasi dini pada usia muda. (IPD FKUI,1996 ;1134) A. Pengertian Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227) Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375) B. Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal :  Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.  Ibu alkoholisme.  Umur ibu lebih dari 40 tahun.  Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.  Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. 2. Faktor Genetik :  Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.  Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.  Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.  Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109) C. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) • Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung • Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas) • Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg) • Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik • Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. • Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah • Apnea • Tachypnea • Nasal flaring • Retraksi dada • Hipoksemia • Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru) (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376) D. Pathways Terlampir E. Komplikasi  Endokarditis  Obstruksi pembuluh darah pulmonal  CHF  Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)  Enterokolitis nekrosis  Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)  Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit  Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.  Aritmia  Gagal tumbuh (Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) F. Penatalaksanaan Medis  Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.  Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.  Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat 2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan) 3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. 4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. 5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377) H. Pengkajian  Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)  Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.  Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger  Kaji adanya hiperemia pada ujung jari  Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan  Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. I. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung. 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal. 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. 6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan. 7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak. J. Intervensi 1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat : • Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit • Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing) • Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali) • Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas. • Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload • Berikan diuretik sesuai indikasi. 2. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru: • Monitor kualitas dan irama pernafasan • Atur posisi anak dengan posisi fowler • Hindari anak dari orang yang terinfeksi • Berikan istirahat yang cukup • Berikan nutrisi yang optimal • Berikan oksigen jika ada indikasi 3. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat : • Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur • Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan • Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak. • Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin • Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak 4. Memberikan support untuk tumbuh kembang • Kaji tingkat tumbuh kembang anak • Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak. • Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat 5. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai • Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat • Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak • Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama • Catat intake dan output secara benar • Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan • Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi. 6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi • Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi • Berikan istirahat yang adekuat • Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal 7. Memberikan support pada orang tua • Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan • Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu • Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas • Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit • Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak. K. Hasil Yang Diharapkan 1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung 2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru 3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat 4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan 5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan 6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi 7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. L. Perencanaan Pemulangan • Kontrol sesuai waktu yang ditentukan • Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit • Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu : - Teknik pemberian obat - Teknik pemberian makanan - Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan. SKEP BAYI DENGAN KELAINAN JANTUNG KONGENITAL ASKEP BAYI DENGAN KELAINAN JANTUNG KONGENITAL 1. TEORI Definisi Yang dimaksud dengan kelainan jantung kongenital adalah kelainan structural dan atau pembuluh darah besar intrathorakal yang dapat menimbulkan gangguan fungsi kardiovaskuler. Etiologi Penyebab terjadinya KJK belum dapat diketahui secara pasti tetapi beberapa factor diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian KJK. Faktor tersebut adalah : 1. Faktor Prenatal : • Penyakit Rubella Alkoholisme Umur ibu > 40 tahun Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin Ibu merokok Ibu menderita infeksi 2.Faktor Genetik : Kelainan jantung pada anak yang lahir sebelumnya. Ayah dan Ibu menderita penyakit jantung bawaan. Kelainan kromosom seperti sindrom Down. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. KJK pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut : 1.Peningkatan kerja jantung dengan gejala : • Kadiomegali Hipertropi Techicard Curah jantung rendah dengan gejala : * Gangguan pertumbuhan * Intoleransi aktivitas 3. Hipertensi Pulmonal Dengan gejala Dispneu dan Tachipneu 4. Penurunan saturasi oksigen arteri Dengan gejala Polisitemia, asidosis dan sianosis Jenis-jenis Kelainan Jantung Bawaan : 1. KJK Asianotik, seperti : 1. Duktus Arteriosus Paten (PDA) Yaitu duktus arteriosus tidak menutup setelah lahir 2. Defek Septum Ventrikel (VSD) Yaitu hubungan antara ventrikel kanan dan kiri ukurannya bervariasi dapat disertai kelainan yang lain. 3. Defek Septum Atrium (ASD) Adanya hubungan antara atrium kanan dan kiri 4. Stenosis Pulmonal (SP) Adanya penyempitan muara arteri pulmonal. 5. Stenosis Aorta (SA) Adanya penyempitan aorta. 2. KJK Sianotik , penyebab : 1. Peredaran darah janin 2. Aliran darah pulmonal berkurang yaitu pada Tetralogi of Fallot (TF) & TA. 3. Aliran darah pulmonal meningkat yaitu pada TGA & TAPVD Gejala yang timbul : * Sesak nafas atau dispnea * Palpitasi * Kehilangan kesadaran yang tiba-tiba akibat penurunan aliran darah keotak * Edema * Cyanosis * Bayi malas minum Pemeriksaan fisik Meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi & auskultasi 2. PATHWAYSn Pathways dapat dilihat disini 3. ANALISA DATA NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI 1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien 4. DIAGNOSA KEPERAWATAN * * Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output * Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret * Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat * Kecemasan ortu b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi bayinya * Resiko infeksi tali pusat b.d infasi kuman pathogen * 5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN 1 Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output. Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam. Kriteria hasil : * RR 30-60 x/mnt * Nadi 120-140 x/mnt. * Suhu 36,5-37 C * Sianosis (_) * Ekstremitas hangat 1. Observasi frekwensi dan bunyi jantung 2. Observasi adanya sianosis. 3. Beri oksigen sesuai kebutuhan 4. Kaji kesadaran bayi 5. Observasi TTV. 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy. 2 Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret. Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Kriteria hasil : * RR 30-60 x/mnt * Sianosis (-) * Sesak (-) * Ronchi (-) * Whezing (-) 1. Observasi pola nafas 2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas 3. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi 4. Observasi adanya sianosis. 5. Lakukan suction 6. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah. 7. Beri O2 sesuai program 8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien. 9. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2 10. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya. 3 Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah 3x24 Jam. Kriteria hasil : * Tidak terjadi penurunan BB>15% * Muntah (-) * Bayi dapat minum dengan baik 1. Observasi intake dan output 2. Observasi intake dan output 3. Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum. 4. Pasang NGT bila diperlukan. 5. Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi 6. Timbang BB tiap hari. 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy. 8. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi. 4 Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya. Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam Kriteria hasil : * Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy. * Orangtua tampak tenang. * Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan 1. Jelaskan tentang kondisi bayi 2. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi. 3. Libatkan orangtua dalam perawatan bayi. 4. Berikan support mental 5. Berikan reinforcement atas pengertian orangtua. 5 Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen. Infeksi tali pusat tidak terjadi dalam waktu 3x24 jam Kriteria hail : * Suhu 36-37 C * Tali pusat kering dan tidak berbau. * Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat. 1. Lakukan tehnik aceptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat. 2. Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya. 3. Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat. 4. Observasi adanya perdarahan pada tali pusat 5. Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses. 6. Observasisuhu bayi Jumat, 03 Agustus 2007 PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. (IPD FKUI,1996 ;1134) 1. Pengertian Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227) Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375) 2. Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal : • Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. • Ibu alkoholisme. • Umur ibu lebih dari 40 tahun. • Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. 2. Faktor Genetik :  Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.  Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.  Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.  Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109) 3. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)  Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung  Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)  Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)  Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik  Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.  Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah  Apnea  Tachypnea  Nasal flaring  Retraksi dada  Hipoksemia  Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru) (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376) 4. Pathways Terlampir 5. Komplikasi • Endokarditis • Obstruksi pembuluh darah pulmonal • CHF • Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) • Enterokolitis nekrosis • Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner) • Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit • Hiperkalemia (penurunan keluaran urin. • Aritmia • Gagal tumbuh (Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 6. Penatalaksanaan Medis • Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial. • Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus. • Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat 2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan) 3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. 4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. 5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan un tuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377) 8. Pengkajian • Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas) • Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali. • Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger • Kaji adanya hiperemia pada ujung jari • Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan • Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. 9. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung. 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal. 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. 6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan. 7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak. 10. Intervensi 1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :  Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit  Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)  Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)  Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.  Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload  Berikan diuretik sesuai indikasi. 1. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru: • Monitor kualitas dan irama pernafasan • Atur posisi anak dengan posisi fowler • Hindari anak dari orang yang terinfeksi • Berikan istirahat yang cukup • Berikan nutrisi yang optimal • Berikan oksigen jika ada indikasi 1. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat : • Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur • Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan • Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak. • Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin • Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak 1. Memberikan support untuk tumbuh kembang • Kaji tingkat tumbuh kembang anak • Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak. • Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat 1. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai • Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat • Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak • Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama • Catat intake dan output secara benar • Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan • Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi. 1. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi • Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi • Berikan istirahat yang adekuat • Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal 1. Memberikan support pada orang tua • Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan • Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu • Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas • Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit • Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak. 11. Hasil Yang Diharapkan 1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung 2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru 3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat 4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan 5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan 6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi 7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. 12. Perencanaan Pemulangan • Kontrol sesuai waktu yang ditentukan • Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit • Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu : o Teknik pemberian obat o Teknik pemberian makanan o Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan. • Jumat, 03 Agustus 2007 PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. (IPD FKUI,1996 ;1134) 1. Pengertian Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227) Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375) 2. Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal : • Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. • Ibu alkoholisme. • Umur ibu lebih dari 40 tahun. • Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. 2. Faktor Genetik :  Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.  Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.  Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.  Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109) 3. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)  Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung  Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)  Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)  Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik  Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.  Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah  Apnea  Tachypnea  Nasal flaring  Retraksi dada  Hipoksemia  Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru) (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376) 4. Pathways Terlampir 5. Komplikasi • Endokarditis • Obstruksi pembuluh darah pulmonal • CHF • Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) • Enterokolitis nekrosis • Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner) • Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit • Hiperkalemia (penurunan keluaran urin. • Aritmia • Gagal tumbuh (Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 6. Penatalaksanaan Medis • Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial. • Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus. • Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat 2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan) 3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. 4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. 5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377) 8. Pengkajian • Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas) • Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali. • Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger • Kaji adanya hiperemia pada ujung jari • Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan • Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. 9. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung. 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal. 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. 6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan. 7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak. 10. Intervensi 1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :  Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit  Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)  Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)  Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.  Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload  Berikan diuretik sesuai indikasi. 1. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru: • Monitor kualitas dan irama pernafasan • Atur posisi anak dengan posisi fowler • Hindari anak dari orang yang terinfeksi • Berikan istirahat yang cukup • Berikan nutrisi yang optimal • Berikan oksigen jika ada indikasi 1. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat : • Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur • Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan • Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak. • Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin • Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak 1. Memberikan support untuk tumbuh kembang • Kaji tingkat tumbuh kembang anak • Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak. • Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat 1. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai • Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat • Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak • Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama • Catat intake dan output secara benar • Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan • Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi. 1. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi • Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi • Berikan istirahat yang adekuat • Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal 1. Memberikan support pada orang tua • Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan • Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu • Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas • Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit • Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak. 11. Hasil Yang Diharapkan 1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung 2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru 3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat 4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan 5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan 6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi 7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. 12. Perencanaan Pemulangan • Kontrol sesuai waktu yang ditentukan • Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit • Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu : o Teknik pemberian obat o Teknik pemberian makanan o Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar