Jumat, 11 Mei 2012

Multiple sclerosis

2.1. Definisi Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material lunak dan protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adl. Substansi putih yang menutupi serabut saraf yang berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory). MS merupakan salah satu gangguan neurologik yang menyerang usia muda sekitar 18-40 tahun. Insidens terbanyak terjadi pada wanita. Istilah sklerosis multipel berasal dari banyaknya daerah jaringan parut (sklerosis) yang mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem saraf. Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam sehingga penyakit ini tidakterdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul. - Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf) - MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin. - Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif. - MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis. 2.2. Etiologi Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic. Ada beberapa factor pencetus, antara lain : - Kehamilan - Infeksi yang disertai demam - Stress emosional - Cedera Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata adalah factor genetok (mirip kenker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple Sclerosis Faktor keturunan tampaknya berperan dalam terjadinya sklerosis multipel. Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga dekat yang menderita penyakit ini.-Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya penyakit ini.. Sklerosis multipel hampir tidak pernah menyerang orang-orang yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana seseorang tinggal pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting daripada iklim dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya, Meskipun para ahli menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi (virus) , imunologis, dan factor genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari factor intrinsik (contoh kegagalan imunoregulasi). Hal yang sudah diterima pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien dengan MS. Yang meningkatkan resiko secara perlahan. Multipel unlinked genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari terpaparnya pada agen pathogenik sebagai penyebab dari MS masih kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan tidak adanya hubungan sebab akibat disana. Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees emosional,kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini : • Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus) • Kelainan pada unsur pokok lipid mielin • Racun yang beredar dalam CSS • Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing 2.3 Patofisiologi MS ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas luka).Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi).Tsel ini dalan hubunganya dengan astrosit,merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , ataun sklerosis dengan flak yang tersebar.Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) aanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan). Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif. 2.4 Manifestasi klinik Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi : Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang, demensia. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks abdomen. 2.5 WOC 2.6 Penatalaksanaan Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul Farmakoterapi : a. Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan konduksi saraf. b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron. c. Baklofen sebagai antispasmodic Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk mencegah kerusakan lenih lanjut. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot 2.7 Komplikasi Ada eberapa penyakit yang menyerupai sklerosis multiple : - Infeksi otak karena bakteri atau virus (penyakit Lyme, AIDS, sifilis) - Kelainan struktur pada dasar tengkorak dan tulang belakang (artritis berat pada leher, ruptur diskus spinalis) - Tumor atau kista di otak dan medula spinalis (siringomielia) - Kemunduran spinoserebelar dan ataksia herediter (penyakit dimana aksi otot tidak teratur atau otot tidak terkoordinasi) - Stroke ringan (terutama pada penderita diabetes atau hipertensi yang peka terhadap penyakit ini) - Sklerosis amiotrofik lateralis (penyakit Lou Gehrig) - Peradangan pembuluh darah di dalam otak atau medula spinalis (lupus, arteritis). 2.8 Pemeriksaan diagnosis Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG). DCT Scan : gambaran atrofi serebral MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan. Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius. Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif. BAB III KONSEP ASKEP 3.1 Pengkajian 1. DATA UMUM 2. DATA DASAR : - Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, intoleransi aktivitas, kebas, parastesia eksterna Tanda : kelemahan umum, penurunan tonus/massa otot, jalan goyah/diseret, ataksia - Sirkulasi Gejala : edema Tanda : ekstremitas mengecil, tidak aktif, kapiler rapuh - Integritas ego Gejala : HDR, ansietas, putus asa, tidak berdaya, produktivitas menurun - Eliminasi Gejala : nokturia, retensi, inkontinensia, konstipasi, infeksi saluran kemih Tanda : control sfingter hilang, kerusakan ginjal - Makanan / cairan Gejala : sulit mengunyah/menelan Tanda : sulit makan sendiri - Hygiene Gejala : bantuan personal hygiene Tanda : kurang perawatan diri - Nyeri / ketidaknyamanan Gejala : nyeri spasme, neuralgia fasial - Keamanan Gejala : riwayat jatuh/trauma, penggunaan alat bantu - Seksualitas Gejala : impotent, gangguan fungsi seksual - Interaksi social Gejala : menarik diri Tanda : gangguan bicara - Neurosensori Gejala : kelemahan, paralysis otot, kebas, kesemutan, diplopia, pandangan kabur, memori hilang, susah berkomunikasi, kejang Tanda : status mental (euphoria, depresi, apatis, peka, disorientasi. Bicara terbata-bata, kebutaan pada satu mata, gangguan sensasi sentuh/nyeri, nistagmus, diplopia Kemampuan motorik hilang, spastic paresis, ataksia, tremor, hiperfleksia, babinski + , klonus pada lutut - Identitas Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th) dan dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria. - Keluhan Utama Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan. - Riwayat Penyakit Dahulu Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun. - Riwayat Penyakit Sekarang Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif 3.2 Pemeriksaan fisik • Keadaan Umum Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot • T T V - Tekanan darah : menurun - Nadi : cepat – lemah - RR : normal - Suhu : normal - BB & TB : ormal / seusia pemeriksaan. • Body System 1. Sistem Respirasi I : Bentuk dada d/s simetris P : Pergerakan dada simetris d/s P : Sinor A : Tidak ada suara nafas tambahan • Sistem Kardiovaskuler I : Ictus cordis tidak nampak P : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 P : Pekak A : Tidak ada suara tambahan seperti mur-mur • Sistem Intergumen Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas • Sistem Gastrointestinal Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala klinis yang ditimbulkan. • .Sistem Eliminasi Urine BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi uri • Sistem eliminasi alvi BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses • Sistem Murkulus skeletal Kesadaran : -Apatisi 3-4-6 -Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan tertusuk-tusuk pada bagian tubuh tertentu) • Sistem Neurologis • Terjadi perubahan ketajaman penglihatan (diplobia), kesulitan dalam berkomunikasi (disastria) 3.3 Analisa data No Data Etiologi Masalah kep 1DS : - Klien menyatakan mati rasa Gejala motorik Kelemahan, kejanggalan 2- Klien menyatakan kakinya kesemutan Gejala motorik Kesulitan dalam berjalan atau mempertahankan keseimbangan 3- Klien menyatakan sensasi abnormal lainnya (disestesia) Gejala sensorik Tremor (gemetaran) 4- Klien menyatakan gangguan penglihatan Gejala motorik Penglihatan ganda 5- Klien menyatakan sulit mencapai orgasme, berkurangnya sensai di vagina, impotensi pada pria Gejala sensorik Masalah pengendalian saluran pencernaan atau kandung kemih, sembelit 6- Klien menyatakan pusing atau vertigo Gejala sensorik Kekakuan, ketidakstabilan, kelelahan yang luar biasa 3.4 Kemungkinan diagnosa keperawatan 1. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas 2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan 3 Kurang perawatan diri 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) BAB IV PENUTUP 4.1 Saran Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun menyarankan kepada pembaca sekalian agar dapat menjaga kesehatan terutama dalam menghindari penyakit sklerosis . Ada beberapa pemicu serangan Ms yang harus dihindari : Panas,KerjaBerat,Stress. Kami berharap, dengan adanya penulisan makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Terima kasih kami ucapkan atas perhatiannya. 4.2 Kesimpulan Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (ssp) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri,. Gejala biasanya muncul pada usia 20-40 tahun, lebih sering terjadi pada wanita. Demielinasi bisa terjadi pada bagian otak atau tulang belakang mana saja, dan gejalanya tergantung kepada daerah yang terkena. Demielinasi pada jalur saraf yang membawa sinyal ke otot menyebabkan kelainan gerak (gejala motorik), sedangkan jika terjadi pada jalur saraf yang menuju ke otak menyebabkan kelainan sensasi (gejala sensorik). Gejala awal yang sering terjadi adalah kesemutan, mati rasa atau perasaan aneh pada lengan, tungkai, batang tubuh atau wajah. Ketangkasan dan kekuatan tungkai atau tangan bisa hilang. Beberapa penderita hanya memiliki gejala pada mata berupa penglihatan ganda, kebutaan parsial dan nyeri pada satu mata, penglihatan kabur atau suram atau hilangnya penglihatan pusat (neuritis optikus). Sampai saat ini multiple sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita dari pada pria.yang terserang biasanya orang – orang yang berumur antar 20 – 50 tahun.penderita multiple sclerosis banyak ditemukan di daerah – daerah beriklim dingin dan pada umumnya berasal dari ras kaukasoid ( bangsa kulit putih).sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti di Indonesia dan pada bangsa kulit berwarna lainya.Multiuple sclerosis menjadi penyakity yang amat sangat langka. DAFTAR PUSTAKA www.google.com Diposkan oleh Be 11 Nursing AE di Marlynn E. Doenges Rencana Asuhan Keperawatan , jakarta Buku kedokteran EGc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar